Ketika Cinta Menjadi Permainan Kantor

Posted on

Ketika Cinta Menjadi Permainan Kantor

Aku mempunyai teman cowok di perusahaan swasta tugasnya adalah menemui klien jika ada klien yang minta penjelasan dari penawaran yang kantor berikan, hari Jumat biasanya telpon sepi tapi pukul 09.30 pagi tadi ada telpon dari salah satu klien untuk diberi penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan.

Sekitar jam 11.00 tiba-tiba datang seorang cewek, dia adalah Bella, kami tahu dia adalah pacarnya Antonius. Kami persilahkan Bella untuk masuk dan menunggu Antonius yang sedang ada dinas keluar. Bella juga bilang kalau memang disuruh Antoius untuk menunggu dikantor.

Bella waktu itu baru pulang dari kantornya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor kami. Kami berempat berbincang-bincang diruang tengah. Bella duduk di kursi meja kantor Antoius. Bella mengenakan blazer warna abu-abu dengan rok span diatas lutut. Cantik.

Dari postur tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan tergiur untuk mencic*pinya. Bella, 22 tahun, mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg dan menggunakan br* ukuran (kira-kira) 34c, dan kulitnya putih. Dengan wajah layaknya cewek kantoran.

Sekitar jam 12.25 tiba-tiba Antoius telepon kantor memberi kabar kalau 2 roda belakang mobil yang dipakai mengalami kebocoran di jalan padahal posisi dia ada di tempat yang jauh dari pemukiman dan belum sampai ke tempat calon klien.

Dia mencoba untuk mencari tempat tambal ban di dekat situ. Antoius juga sempat bebincang dengan Bella untuk sabar menunggu. Kami pun meneruskan perbincangan kami berempat. Dengan bercanda kami juga menggoda Bella dengan cerita-cerita mengenai hubungan dia dengan Antoius.

Diluar terlihat mulai mendung. Dan benar saja tidak beberapa lama kemudia turun hujan. Aku mencoba menghubungi HP Antonius, dia masih mencari tempat tambal ban dan kehujanan juga. Kami teruskan pembicaraan.
“Bella, gimana “punya” Antoius, gede nggak?”, tanya Indra menanyakan sesuatu yang membuat merah padam muka Bella.

“Ah…mas Indra…tanyanya kok gitu…rahasia dong”, jawab Bella malu-malu.
“Gedean mana kalo sama punya Pak Redi ….”, tanya Indra sambil menyebutkan namaku.
“Ah….mas Indra…”, jawab Bella lagi.

Pembicaraan seperti itu pun terus berlanjut. Kami semakin memojokkan Bella dengan pertanyaan-pertanyaan menjurus s*x. Kami juga tahu kalau Bella sudah sering berh*bungan badan dengan Antonius dari cerita Antonius sendiri. Dan hal itupun tidak kami tutupi dalam pertanyaan untuk memojokkan Bella.

“Eh, kalian berdua jangan “nganggurin” Bella gitu donk, kasih Bella “minum” ..!” perintahku kepada Indra dan Beni dengan perintah simbolis. Rupanya Indra dan Beni tahu apa maksudku.
“Oh iya, sori Bella, maaf Boss…..!” jawab Beni sekenanya sambil pura-pura berjalan menuju belakang ,padahal dia berjalan kearah belakang kursi Bella dan hal itu tidak disadari Bella.

Diluar hujan semakin deras! Dengan gerakan kilat Beni merangkul Bella dari belakang….
“Gini..,” kata Beni dengan mendekap erat Bella. “Kamu pikir deh Bella… umurmu baru 22 dan bodymu s*xy, ngga kecewa donk kami nyobain kamu” lanjut Beni semakin erat mendekap Bella yang meronta dan terkejut mendapat perlakuan seperti itu.

“Ah … apa-apaan ini” teriak Bella , sehingga tampaklah wajahnya yang ketakutan.
Hal ini semakin membuat kami bertiga jadi h*rny saja. Tiba-tiba saja Indra menarik kaki Bella.
“Diam…sebentar Bella..!” perintahku sambil mencoba melepas kancing blazer yang Bella pakai.

Lalu Bella dengan terburu buru ikut mencoba melepas rok yang dipakai Bella dan sambil bicara kepada saya, “Dah boss ditidurin aja dulu di lantai”.
Bella semakin meronta dan coba berteriak tapi dekapan tangan Beni dan Indra membungkam erat mulut Bella. Dan teriakan lenyap ditelan suara derasnya hujan.

“Sudah kamu ngga usah melawan, yang penting sekarang kamu santai aja di lantai dan ikutin permainan kami” timpalku.
“Permainan apa …..?” tanya Bella dengan ketakutan.
Tapi kami senang sekali, apalagi saya melihat Bella seperti ini. Saya jadi tambah h*rny….

“Ok-ok ..baik..,” kata Bella tiba-tiba, “Kalian semua sudah tahu kalau aku sering berh*bungan badan dengan mas Antonius….tapi jangan ceritakan kejadian ini… aku mau mel*yani permainan kalian…”, kata Bella membuat kami bertiga terkejut mendengarnya.

Tiba-tiba saja Bella langsung mendekati saya dan segera menci*mi saya di bib*r.. Otomatis saya merespon. L*dah kami saling ‘bergerilya’. Kemudian ci*man Bella berganti ke bib*r Beni, hm.. enaknya pikirku. Dan berganti lagi ke bib*r Indra. Aku jil*ti leher Bella, terus dia juga menjil*ti kuping Indra.

Tanpa sadar Bella mendes*h, “Ahh, enak, Mas… terus..!”
“Sekarang aku buka baju kamu….! Tapi tangan kamu tetap diam…. boleh pegangan jalantol Beni atau Indra ..!” kataku.
“Aduh dingin dong..! Masa mau ** saya yang ditenjangi dulu..!” jawab Bella.

Dengan cepat aku membuka baju Bella dan langsung aku lempar. Dengan sigapnya Indra dan Beni langsung bergerilya di d*d* Bella. Dinaikkannya ** Bella sehingga mereka berdua bisa menggig*t kedua p*ting Bella.
“Ahh, enak gig*tannya….” Bella mendes*h pelan.

Samar-samar saya melihat Bella sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum. Sekarang tangan saya mencoba mencari buah d*d* Bella untuk saya r*mas-r*mas. Beni dan Indra segera menuju bagian bawah tubuh Bella.
“Pokoknya santai saja Bella…!” kata Beni sambil menaikkan rok yang dikenakan Bella.

“Hmm.., ** model low cut dengan warna hitam nih..!” ujar Indra sambil bergumam melihat ** yang dipakai Bella.
“Kamu tahu saja kesukaan kami..!” kata Indra, “Dan kamu s*ksi banget dengan ** warna ini, bikin kita h*rny….!” kataku. Dan sekarang Bella sudah berjongkok untuk dia mulai ber-‘karaoke’.

“Oohh, enak, sed*t lagi yang kuat Bella..!” kata saya sambil mendes*h.
Kurang lebih 15 menit Bella telah ber-‘karaoke’ terhadap pen*s kami bertiga. Kemudian Bella dengan perlahan melepas sendiri seluruh baju, rok dan pakaian dal*mnya.

“Sekarang…sentuh tubuh tel*njangku….!” kata Bella memerintah kami bertiga.
Kesempatan ini tidak kami sia-sia kan. Langsung saja saya rebahkan Bella di lantai dan saya jil*ti v*gin*nya, dan Beni juga tidak kalah ganasnya menyed*t habis kedua putt*ng Bella sedangkan Indra mel*mat habis bib*r Bella. .Samar-samar saya mendengar Bella mulai mendes*h.

Kali ini saya gantian ke buah d*d* Bella, saya menjil*ti dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun p*ting Bella. Dan Bella kemudian bicara,
“Ayo is*p… p*ting saya..!”

“Wah ini saatnya ..!” pikir saya dalam hati.
“Kamu minta diis*p p*ting kamu..!” jawab saya sambil tersenyum.
Saya lihat Bani dan Indra tersenyum melihat Bella terkapar pasrah.

Tidak lama setelah saya memainkan buah d*d* Bella, saya turun lagi ke v*gin*nya. Tampaklah bulu-bulu v*gin* Bella yang begitu halus dan dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung menghis*p v*gin* Bella.
“Ohh.. enakk..! Terus donk Mas..!” sahut Bella sambil mendes*h.

Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah l*ar untuk menghis*p v*gin*nya.
“Ahh….aku mau keluar,” lirih Bella
Dan tiba-tiba saja cair*n v*gin* Bella keluar diiringin teriakan dari Bella.

“Mas, kamu kok hebat ….mainin m*m*kku..?” kata Bella terputus-putus. Saya hanya tersenyum saja.
“Masukin punya mas…sekarang..!” pinta Bella.
“Nanti dulu, p*ting kamu aku is*p lagi..!” jawab saya.

Maka dengan cepat langsung p*ting yang berwarna coklat muda itu saya his*p dengan kencangnya secara bergantian, kiri dan kanan.
“Ahh, enakk mas..! Kencang lagi..!” teriak Bella.

Mendengar suara cewek lagi terangs*ng begitu membuat saya tambah h*rny, apalagi pen*sku sudah dari tadi menunggu giliran ‘masuk’. Maka langsung saja saya memasukkan pen*s saya ke v*gin* Bella.
“Sempit banget m*m*k Bella…!” pikir saya dalam hati.

Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga pen*s saya ke v*gin* Bella
“m*m*k kamu enak dan sempit ….” kata saya dengan napas yang mulai tidak teratur.
Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Bella yang sedang merem melek.

Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada hanya suara Bella yang terus mendes*h dan teriak.
“Terus mas… tambah cepet ..!”
Dan sekilas di samping saya tampak Beni dan Indra dengan pen*s mereka sudah meneg*ng.

“Sabar …tunggu giliran kalian, sekarang aku beresi dulu m*m*k Bella ini..!” jawab saya sambil sambil menggoyangkan Bella.
Beni dan Indra hanya menganggukan kepala.
Tidak lama kemudian Bella minta ganti posisi, kali ini dia mau di atas. Kami pun berganti posisi.

“Ahh.., enakk.., pen*s mas terasa banget didalam..!” teriak Bella sambil merem melek.
5 menit kemudian Bella teriak,
“Ahh.., aku keluar lagi..!” dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.

Tetapi saya belum keluar. Akhirnya saya ganti dengan gaya d*gy. Kali ini kembali Bella menjerit, “Terus… mas..!”
Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.
“Bella, mau keluarin dimana..?” tanya saya.
“Di muka saya saja.” jawabnya cepat.

Kemudian, “Cr**oott.., cr**ott..!” sp*rma saya keluarkan di wajah Bella. Kemudian Bella dengan cepat membersihkan pen*s saya, bahkan saya sampai ngilu dengan his*pannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya. Saya melihat Beni dan Indra mer*mas pen*s masing-masing dan dia pun melihat Bella dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan yang sama seperti saya.

Tiba-tiba saja Indra menci*m Bella dengan ganasnya. Secara otomatis Bella membalasnya. Kemudian ci*man Indra mulai turun ke leher Bella dan d*d*. Bella hanya pasrah diperlakukan seperti itu. D*da Bella dir*mas-r*mas oleh Indra dan sapuan lid*hnya mulai turun ke daerah bawah.

“Hmm.., vag*na kamu bakal aku bikin basah lagi…..!” kata Indra dengan suara menggoda.
Kemudian tanpa diperintah Indra segera menci*m dan menjil*ti vag*na Bella dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan.
“Ahh.. ahh.. ahh.., enak mas..!” timpal Bella.

Kemudian Beni tidak mau kalah, segera Beni raih buah d*d* Bella dan segera menghis*pnya. Beni mulai dari p*tingnya yang kanan, kemudian beralih ke yang kiri, Beni juga r*mas-r*mas buah d*d* Bella.
“Yang kencang mas..!” kata Bella lirih.

Kurang lebih 5 menit Beni memainkan d*d* Bella, kemudian Beni turun ke v*gin*nya. Tampaklah v*gin Bella yang ditumbuhi b*lu-b*lu halus yang rapih itu sudah tampak basah.
“M8m*k kamu sudah basah Bella.., sudah ngga tahan yach..?” kata Beni sambil tersenyum.

Bella hanya menangguk saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Kemudian Beni mendekatkan mulutnya ke depan v*gin* Bella, dan langsung Beni his*p jil*ti v*gin* Bella
“Teruss..! Enak…mas!” itulah suara yang terdengar dari mulut Bella .

Setelah 10 menit Beni memainkan v*gin* Bella, Beni melakukan gerakan lebih jauh. Dan dengan segera Beni memasukkan pen*snya ke dalam v*gin* Bella.
“Pelan-pelan….!” kata Bella.

Beni hanya tersenyum dan segera menci*m Bella, dan Bella pun membalasnya dengan penuh semangat. Bless, seluruh pen*s Beni kini berada di dalam v*gin* Bella. Dan tanpa dikomando lagi Beni segera bergerak diikuti goy*ngan pinggul Bella.

Bella memeluk Beni begitu eratnya dan Beni memperhatikan wajah Bella yang sedang merem melek seakan-akan tidak ingin berhenti memperoleh ken*kmatan. 5 menit kemudian Bella ingin berganti posisi.
“Gantian d*gy …!” pinta Bella. Beni turuti saja kemauan Bella.

“Bless, bless.., bless..!” sedikit terdengar suara pen*s dan v*gin* yang sedang berlomba, karena v*gin* Bella sudah basah dan menurut Beni, Bella tidak lama lagi akan keluar. Dan benar saja dugaan Beni, tiba-tiba saja Bella teriak, “Ah.., ahh.., ahh.., aku keluar..!”

Kemudian Bella langsung jatuh lemas dengan posisi telungkup, sementara pen*s Beni masih tertancap dalam v*gin* Bella. Beni segera menggerakkan pen*snya supaya dapat juga segera keluar. Tidak lama Beni terasa ingin keluar.
“Keluarin di mana Bella..?” tanya Beni.

“Di dalam …..!” jawab Bella dengan suara yang terbata-bata.
Lalu, “Cr**ott, cr**ott..!” pen*s Beni segera mengeluarkan semburan sp*rmanya.
“Ahh..!” Beni bersuara dengan keras, “Enak….!” lanjut Beni.

Kemudian Beni langsung rebah di sebelah kanan Bella, sementara Indra tersenyum memperhatikan mereka berdua karena belum mencic*pi Bella.
“Wah capek kamu Bella..?” tanya Indra. Bella yang sudah lemas hanya dapat tersenyum.

Setelah istirahat beberapa menit, Bella melanjutkan meladeni permainan Indra. Tanpa terasa hampir 3 jam kami men*km*ti tubuh Bella. Setelah selesai kira-kira setengah jam sebelum jam 4 sore Antonius datang. Kami hanya tersenyum melihat Anto menci*m pipi Bella dengan penuh sayang.